Media Pembelajaran

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis

About Me

Popular Posts

Thumbnail Recent Post

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...


Seorang perempuan berjilbab sedang berdiri di depan saya dan teman-teman. Dengan gayanya yang khas, perempuan berdarah Bugis itu menyampaiakan materi presentasinya dengan unik, cerdas, dan menggelitik. Menggelitik karena saya dan teman-teman sebagai pendengar sekaligus evaluator tertawa sambil sesekali memberikan dukungan saat menyimak gaya bicara dan menyaksikan penampilannya. Apalagi, teman saya yang humoris itu belum terlalu pandai memainkan komputer sebagai alat bantu presentasi yang wajib dimanfaatkan. Sesekali presentasi dihentikan karena materi belum dikuasai sepenuhnya atau barangkali teman saya itu gugup. Maklumlah, berdiri di depan kami dengan jumlah empat puluhan itu, teman saya itu belum terbiasa. Dia masuk kategori pendiam saat materi-materi perkuliahan “dikumandangkan” di kelas oleh para dosen kami.
Ya, ini tentang teman saya di kampus biru beberapa tahun silam. Kenangan yang mengingatkan saya ketika kami sedang semangat-semangatnya duduk mendengarkan demonstrasi para dosen untuk bekal menjadi seorang guru. Presentasi terhadap materi perkuliahan yang dilakukan secara bergilir oleh kami merupakan sesuatu yang biasa. Dosen hanya memandu, membimbing, dan mengevaluasi cara kami menyampaikan materi. Merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan, presentasi adalah cara efektif di samping banyak cara lain tentunya untuk belajar menjadi guru yang komunikatif, energik, nyaman, bersahabat, dan professional.
Tnapa memandang kelebihan dan kekurangan masing-masing, kemampuan kami tentu saja beragam. Faktor penyebabnya paling tidak karena kualitas pribadi masing-masing. Antara lain banyak atau kurangnya literature, sering atau jarang membaca literature, faktor latihan atau tidak, semangat dan kegigihan, serta yang paling penting adalah cita-cita luhur menjadi guru yang diteladani.
Belajar dari pengalaman semasa di bangku kuliah dahulu, dewasa ini ada banyak guru yang belum cakap dan mahir secara mutu dan kualitas dalam penyampaian materi pembelajaran di kelas-kelas. Apakah bersumber dari spesialisasi pendidikannya atau semngatnya? Entahlah. Yang jelas, ada banyak guru yang dahulu tidak berasal dari kualifikasi pendidikan spesialisasi guru yang kini menjadi guru di sekolah-sekolah formal. Bahkan, banyak di antaranya yang lebih bagus dari segi kualitas, baik penguasaan materi maupun penyajiannya dibandingkan dengan guru-guru “modern” saat ini. Makanya tidak bisa divonis bahwa guru yang menguasai teknologi informasi secara otomatis juga merupakan guru efektif yang professional dan berpengalaman. Maksudnya berpengalaman tidak hanya lama jenjang karier keguruannya melainkan berpengalaman dalam menularkan ilmu pengetahuan dengan baik dan berkualitas.
Salah satu cara yang saya lakukan untuk belajar menyampaikan materi pembelajaran yang menyenangkan adalah berdiri di depan cermin besar sambil mengevaluasi cara berbicara saya. Saya belajar tersenyum dengan baik, ramah, dan bersahabat. Untungnya saya tidak termasuk guru yang killer (istilah para pelajar menamakan guru yang kejam dan suka memukul, termasuk yang pelit memberikan nilai) yang memungkinkan saya bisa terus belajar menjadi guru yang baik, berkualitas, dan menjadi teladan bagi banyak orang. Termasuk menjadi sahabat bagi murid-murid saya.
Latihan menyampaikan materi pembelajaran secara sistematis dan menarik masa kuliah dahulu memberikan ilmu yang sangat luar biasa. Ilmu yang saya bawa sebagai ole-ole dari dosen saya dahulu kini sangat mujarab. Hanya saja untuk benar-benar menjadi guru yang efektif, saya harus terus belajar banyak.
Beragamlah karakter teman-teman saya di bangku kuliah. Menyiratkan kelak akan ada yang menjadi guru yang hebat, guru biasa, guru bijak, guru teladan, guru bersahabat, guru asal-asalan, guru system mengajar jarak jauh, guru supel, guru gaul, guru pelit, guru tak mau tahu, atau mungkin menjadi guru killer(wah, untuk jenis guru yang terakhir ini jangan sampailah ada di antara kita).
Perbedaan karakter setiap manusia menyiratkan perbedaan pula dalam pola hubungannya dengan masyarakat. Saya teringat beragamnya karakter guru-guru saya ketika duduk di bangku sekolah. Ada yang benar-benar dibenci oleh siswa karena galak. Ada yang disegani karena berwibawah. Ada yang disenangi karena kebaikan dan keakrabannya yang memungkinkan para siswa mudah menerima materi pembelajaran. Ada juga yang mengajar bahasa (saya tidak menyebutkan bahasa apa agar tidak terjadi dusta di antara kita, hehehe) tetapi muatan materinya tentang piala dunia alias sepak bola. Maklumlah, ada juga model guru yang suka menonton sepak bola sehingga teman-teman saya asyik bicara sepak bola di dalam kelas dengan sang guru dan melupakan muatan materi pembelajaran bahasanya, baik gurunya maupun siswanya (wah, parah).
Beberapa guru saya yang lain memberikan keteladanan yang lain yang lebih positif. Ada guru saya yang menyampaikan materinya bagai Bung Karno yang membuat saya terkesima acapkali dia mengajar di depan kelas. Guru favorit saya. Ada juga yang suka berceramah alias “pura-pura” menjadi dai. Tidak ada hubungannya dengan pembelajaran agama, namun muatan materinya tentang Tuhan dan ciptaan-Nya. Guru yang kreatif. Banyaklah jenis guru yang berada di sekita kita.
Nah, pertanyaannya model guru seperti apakah anda? Saya sangat mengapresiasi bila ada yang menjadi guru seperti guru Mahar, Lintang, dan kawan-kawan dalam Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Atau guru hebat seperti gurunya Arai dalam Sang Pemimpi yang juga novel karangan Andrea Hirata. Ataukah anda salah satu ‘Oemar Bakhri’ yang hebat itu?
Menjadi guru tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras dengan senantiasa belajar dan berlatih. Menjadi guru yang efektif dan menyenangkan memungkinkan terciptanya pembelajaran yang asyik dan “gurih”. Oleh karenanya, belajar sampai titik darah penghabisan merupakan salah satu ciri guru yang oke punya.

from : Aswar M. Djulaifah

Leave a Reply