Setelah mengetahui gaya belajar siswa
dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya
sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana
kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual,
di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa
kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
- Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa
langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan
tulis.
- Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu.
- Putarkan film.
- Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
- Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar.
- Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
- Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
Untuk pembelajar auditory,
di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran,
hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah:
- Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll)
- Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
- Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
- Membuat diskusi kelas.
- Menggunakan rekaman.
- Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
- Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
- Belajar berkelompok.
Sedangkan untuk pembelajar kinestetic,
di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik,
hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar
mereka adalah:
- Perbanyak praktek lapangan (field trip).
- Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
- Membuat model atau contoh-contoh.
- Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk
dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh
murid-murid yang lain.
- Perbanyak praktek di laboratorium.
- Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya.
- Perbanyak simulasi dan role playing.
- Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.
Dalam prakteknya, satu kelas biasanya
terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak
bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar
untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya
dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu
kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis,
maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan.
Orang-orang visual dan kinestetis akan
mulai merasa bosan dengan apa yang diomongkan, hingga yang terjadi
mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang
mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun
berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus menerus
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas.
Nah, dalam situasi semacam ini,
guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera
mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman
gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah,
tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi
kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak
membosankan.
Namun demikian, yang masih sering
terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian
menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan
yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka
mereka akan mendapatkan hukuman.
Pola belajar mengajar semacam ini tidak
saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan
dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan
menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak,
tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi
guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan.
Situasi semacam ini melahirkan
“kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras
tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga
kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang
menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar.
Karena itulah, kreativitas dan kemampuan
guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di
dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk
belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang
menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
Sumber: Akbar Zainudin
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/memahami-gaya-belajar-siswa/
|