Media Pembelajaran

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis

About Me

Popular Posts

Thumbnail Recent Post

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Archive for November 2012

Memanfaatkan Ponsel Sebagai Media Pembelajaran
Kurang bijak kiranya jika sekolah mengambil jalan pintas membuat aturan melarang siswa membawa ponsel ke sekolah sementara sekolah senantiasa dituntut mengikuti laju perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Yang perlu sekolah lakukan berkenaan dengan trend ini adalah mengelola bagaimana memetik sisi positif dengan memberdayakan ponsel siswa sebagai media pendukung pembelajaran. Misalnya, sekolah mestinya memiliki website resmi (jika memungkinkan) atau setidaknya Blog yang dikelola dengan baik yang di dalamnya disediakan link ke situs-situs lain yang memuat informasi edukatif dan dapat diakses melalui ponsel siswa. Setiap guru di sekolah tersebut diminta berperan sebagai kontributor dengan menyusun resume bahan ajar yang akan dan atau telah dibahas di ruang kelas, syukur jika para guru tersebut mampu membuat bahan ajar dalam bentuk media interaktif untuk di upload dan dapat di-download oleh siswa. Selain guru, siswa juga diminta berkontribusi untuk memanfaatkan situs sekolah sebagai wahana untuk berkreasi (misal penulisan pantun/puisi, cerpen, resep makanan, dsb), mengungkapkan pendapat, atau sekedar mejeng dengan menampilkan foto-foto terbaik mereka.

Mengantisipasi penyalahgunaan ponsel pelajar di sekolah tentu sekolah harus secara periodik melakukan pembinaan dan pemantauan(dapat dilakukan melalui rasia). Jika ditemukan penyimpangan dari penggunaan ponsel tersebut, siswa bersangkutan dapat diberi sanksi sesuai kadar penyimpangannya. Jika kadar penyimpangannya parah (misal berbau kriminal atau porno vulgar) dapat diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.

OVJ



Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
  1. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.
  2. Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu.
  3. Putarkan film.
  4. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
  5. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar.
  6. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
  7. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
Untuk pembelajar auditory, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
  1. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll)
  2. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
  3. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
  4. Membuat diskusi kelas.
  5. Menggunakan rekaman.
  6. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
  7. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
  8. Belajar berkelompok.
Sedangkan untuk pembelajar kinestetic, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
  1. Perbanyak praktek lapangan (field trip).
  2. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
  3. Membuat model atau contoh-contoh.
  4. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.
  5. Perbanyak praktek di laboratorium.
  6. Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya.
  7. Perbanyak simulasi dan role playing.
  8. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.
Dalam prakteknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan.
Orang-orang visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan dengan apa yang diomongkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas.
Nah, dalam situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan.
Namun demikian, yang masih sering terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka mereka akan mendapatkan hukuman.
Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan.
Situasi semacam ini melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar.
Karena itulah, kreativitas dan kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Sumber: Akbar Zainudin
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/memahami-gaya-belajar-siswa/

Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan cara individu menyerap data secara lebih efisien. Pengelompokan berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.


DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif.
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.
Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam pembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.
Untuk membantu mahasiswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, bahan ajar yang digunakan hendaknya (a) menggunakan grafik, film, slide, dan ilustrasi untuk memperkuat proses belajar; (b) memanfaatkan warna dalam menunjukkan pokok-pokok materi yang penting; (c) memberikan petunjuk secara tertulis; (d) menyediakan bahan belajar berupa program video dan televisi; serta (e) memvisualkan kata atau fakta yang harus diingat .
Bahan ajar yang cocok untuk mahasiswa yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial adalah yang dilengkapi dengan bahan terekam atau program siaran . Mahasiswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial hendaknya diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan kelompok. Melalui kegiatan kelompok, mahasiswa dapat mendiskusikan materi yang disajikan dalam bahan ajar atau menjadi tutor sebaya satu sama lain. Di samping itu, mahasiswa dapat merekam ringkasan materi pelajaran yang telah dibuatnya setelah mempelajari bahan ajar.
Bagi mahasiswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik, bahan ajar yang digunakan hendaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan belajar melalui pengalaman, seperti membuat model, melakukan praktek atau praktikum, bermain peran, dan sebagainya . Selain itu, ada baiknya apabila bahan ajar dilengkapi dengan program komputer untuk memperkuat belajar melalui sentuhan. Di samping itu, mahasiswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik dianjurkan untuk melakukan, misalnya, menulis fakta yang harus dikuasai berulang kali, mengingat fakta sambil bekerja atau berolahraga, atau menerapkan semboyan bahwa belajar selama 4 x 10 menit lebih baik daripada selama 1 x 40 menit.
Dalam sistem belajar mandiri, bahwa strategi belajar merupakan salah satu teknik yang harus dimiliki oleh individu agar berhasil dalam belajarnya. strategi belajar adalah teknik atau keterampilan yang dipilih individu untuk menguasai materi yang dipelajari. Sementara itu, strategi belajar sebagai pendekatan kognitif yang digunakan individu dalam mempelajari pengetahuan baru.
Ada dua kategori strategi belajar yaitu strategi belajar holistik dan atomistik. Individu yang menerapkan strategi belajar holistik menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. Di samping itu, mereka juga menekankan pada pentingnya pengenalan pengetahuan baru dalam kaitannya dengan struktur pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan individu yang menerapkan strategi belajar atomistik menekankan pada pentingnya hafalan dan mengulang pelajaran untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian.
Sementara itu, Weinstein dan Mayer mengemukakan 8 kategori strategi belajar berdasarkan proses enkoding. Kedelapan strategi belajar tersebut adalah sebagai berikut
  1. Basic Rehearsal Strategies, misalnya mengingat nama atau fakta secara berurutan.
  2. Complex Rehearsal Strategies, misalnya mencatat atau menggarisbawahi materi yang dibahas.
  3. Basic Elaboration Strategies, misalnya membentuk gambaran mental atau kalimat yang menunjukkan hubungan.
  4. Complex Elaboration Strategies, misalnya memparafrase, merangkai, atau menjelaskan hubungan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
  5. Basic Organizational Strategies, misalnya mengelompokkan atau mengurutkan hal-halyang harus dipelajari.
  6. Complex Organizational Strategies, misalnya membuat out line atau mengembangkan diagram atau tabel yang menunjukkan hubungan.
  7. Comprehension Monitoring Strategies, misalnya membuat self- questioning untuk mengecek pemahaman materi yang dipelajari.
  8. Affective Strategies, misalnya belajar di tempat yang sepi untuk menghindari gangguan,atau bersikap santai untuk mengatasi kecemasan mengikuti ujian.
Mengetahui gaya dan strategi belajar sangat diperlukan oleh seorang mahasiswa agar dapat belajar lebih efektif dan produktif. Tuntutan lebih tinggi bagi mahasiswa yang harus belajar secara mandiri seperti mahasiswa. Berkenaan dengan hal tersebut, mahasiswa harus mengetahui strategi belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya sehingga kegiatan belajar mandiri yang dilakukan dapat berjalan efektif.

Seperti yang dapat kita ketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1. Siswa 

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpanan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru

Seorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 

3. Tujuan 

Pernyataan tentang perubahan perilaku, (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 

4. Isi Pelajaran 

Segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibuthkan kepada mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media 

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7. Evaluasi

Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.


Media pendidikan secara umum, adalah alat proses pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan peserta didik sehingga memudahkan proses pembelajaran. Pada kesempatan ini kita akan berbicara tentang discussedEnglish studi dengan ponsel atau mobile. Metode ini tidak jauh berbeda dari metode lain yang diidentifikasi oleh media yang digunakan selama proses pembelajaran.


Saat ini, banyak ponsel dari berbagai merek yang beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar di dunia untuk vendor ponsel. The Indonesia rata-rata orang memiliki lebih dari satu ponsel per orang. Mengapa banyak ponsel yang digunakan oleh masyarakat? Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor seperti: jaringan telepon selular infrastruktur yang telah dibangun di seluruh negeri. Selain biaya pemakaian (untuk biaya baru percakapan) harus cukup murah. Dan fitur Faktor kelengkapan dalam ponsel merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk tidak membawa ponselnya di mana pun ia pergi. Kehadiran Mobile (Hp) memiliki fenomena yang terpisah untuk pendidikan terutama bagi siswa. Kehadiran yang menawarkan kecanggihan untuk dapat mengakses semua informasi di seluruh dunia dengan sangat cepat, mudah dan murah sering menyalahkan karakter moral / menurun bangsa.


Ini mungkin benar, tetapi tentu tidak sepenuhnya benar jika ada anggapan / persepsi bahwa kehadiran ponsel bagi siswa terhadap dampak negatif dari positif. Dampak Mobile untuk Mahasiswa Disadari atau tidak adalah segala sesuatu di dunia ini selalu hadir dalam dua sisi (positif dan negatif), belum lagi ponsel, tinggal bagaimana kita mengelola untuk memainkan sisi positif lebih dominan dari sisi negatif. Tampaknya kita sepakat bahwa kecepatan dan ketepatan akses komunikasi tentu merupakan hal yang sangat positif bagi mahasiswa dan siapa saja yang tinggal di usia ini. Sekarang untuk berkomunikasi dengan cepat dan akurat cukup untuk sms. Ketika itu adalah untuk dapat menggali informasi di seluruh dunia kita harus pergi ke kafe yang pasti sulit untuk menemukan di pedesaan. Sekarang cukup dengan ponsel kita juga dapat mengakses informasi melalui internet.


Di sisi positif dari hal-hal seperti yang disebutkan di atas, kehadiran ponsel ini juga mengandung konsekuensi logis untuk berbagai dampak negatif. Untuk siswa, penggunaan ponsel memiliki pencetakan pemalas generasi potensial dicentang dan kepribadian menyimpang. Bagaimana tidak? Pengguna ponsel seperti konsumen kini telah dimanjakan oleh fasilitas segudang ditawarkan mudah dan murah bagi produsen untuk mengakses informasi global tanpa batas, sehingga siswa yang memiliki postscript cukup perisai atau ketentuan mental yang memadai cenderung lebih suka melihat, membaca dan bahkan mengambil hidangan terlalu vulgar yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan foto semacam ajaran agama dan video seksi / porno ditemukan di internet. Hal ini sering digunakan sebagai alasan untuk kekhawatiran tentang meluasnya penggunaan ponsel sekarang menjadi salah satu trend kehidupan modern.


Memanfaatkan Handphone Sebagai Media Pembelajaran Kurang bijak jika sekolah akan mengambil jalan pintas untuk membuat aturan melarang siswa membawa ponsel ke sekolah sementara sekolah selalu dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sekolah perlu melakukan sehubungan dengan tren ini adalah untuk mengatur bagaimana untuk menuai sisi positif dengan memberdayakan ponsel sebagai media untuk belajar siswa dukungan. Misalnya, sekolah harus memiliki website resmi (jika memungkinkan) atau setidaknya sebuah blog yang dikelola dengan baik yang menyediakan link ke website lain yang berisi informasi pendidikan dan dapat diakses melalui ponsel siswa. Setiap guru di sekolah tersebut diminta untuk bertindak sebagai kontributor dengan mempersiapkan resume dan bahan ajar yang akan atau telah didiskusikan dalam kelas, terima kasih jika guru mampu membuat bahan pengajaran dalam bentuk media interaktif untuk diupload dan dapat didownload oleh para siswa. Selain guru, siswa juga diminta untuk berkontribusi ke sekolah untuk menggunakan situs ini sebagai kendaraan untuk kreativitas (sajak menulis misalnya / puisi, cerita pendek, resep, dll), pendapat yang diutarakan, atau hanya mejeng untuk menampilkan foto terbaik mereka . Mengantisipasi penyalahgunaan ponsel pada siswa sekolah sekolah harus secara berkala melakukan pelatihan dan pemantauan (dapat dilakukan melalui Rasia). Jika ditemukan penyimpangan dari penggunaan ponsel tersebut, siswa yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi sesuai tingkat penyimpangan. Jika tingkat penyimpangan yang parah (porno pidana atau vulgar misalnya berbau) dapat dikenakan sanksi dikeluarkan dari sekolah.

Teori-teori pembelajaran yang kita kenal sebagai berikut :1. BerhavioristikPembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respon ini bila diulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau masalah,guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.2. KognitivismePembelajaran adalah dengan mengaktifkan indra siswa agar memperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indra dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.3. Humanistic Dalam pembelajaran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisiatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.4. Sosial/Pemerhatian/Permodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, yaitu perhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi (reproduction), dan penguatan (reinforcement), motivasi (motivation).   
x